Baru-baru ini gathering orangtua dan pasien atresia bilier diadakan di Surabaya, 3 September 2023 oleh Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Dr. SoetomoFK UNAIR, Surabaya. Pada acara gathering tersebut, puluhan pasien atresia bilier yang berasal dari Surabaya dan beberapa daerah di Jawa Timur lainnya, seperti Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Blitar, Lamongan, Jombang, Mojokerto, Gresik dan dari Fak-Fak, Papua berkumpul. Sebagian besar dari mereka sudah dinyatakan sembuh dan beberapa masih dengan keluhan kuning. “Yang belum sembuh rata-rata karena baru datang berobat pada usia diatas 3 bulan”, ucap Dr. dr. Bagus Setyoboedi, SpA(K) selaku ahli gastrohepatologi anak yang sudah lama berkecimpung menangani pasien atresia bilier.

“Acara gathering ini diadakan untuk mempererat tali silaturahmi antar orang tua pasien, agar kita bisa saling kenal, sharing informasi, hingga melahirkan provider di masyarakat untuk sosialisasi deteksi dini atresia bilier di lingkungan sekitarnya. Saat ini pasien atresia bilier masih seringkali terlambat berobat padahal kuning sudah dialami oleh bayi sejak usia 2 minggu. Anggapan di masyarakat bahwa bayi kuning tidak apa-apa dijemur saja, kurang minum, dan nanti hilang sendiri harus diluruskan, karena tidak semua bayi yang masih kuning pada usia diatas 2 minggu adalah hal yang normal, ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa menjadi gejala awal atresia bilier,” ujar Dr. dr. Bagus Setyoboedi, SpA(K)

Atresia bilier adalah penyakit dimana terdapat gangguan aliran empedu. Empedu yang tidak mengalir dengan baik dapat merusak hati. Jika penyakit ini berlangsung lama, maka akan terjadi kerusakan hati secara perlahan. Operasi Kasai pun tidak selalu memberikan hasil yang baik. Hal ini menyebabkan atresia bilier menjadi penyebab utama transplantasi hati pada anak. Dengan deteksi dini atresia bilier, diharapkan penanganan dapat dilakukan lebih awal sehingga menghindarkan bayi kerusakan hati yang ireversibel, bahkan dari atresia bilier itu sendiri. Pada acara gathering ini, selain mendapatkan informasi tentang kondisi anak, sosialisasi kewaspadaan prolonged jaundice dan kartu warna tinja diberikan kepada para orangtua sebagai provider deteksi dini atresia bilier di masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan angka keterlambatan berobat pada pasien atresia bilier dapat ditekan sekecil mungkin, mewujudkan Indonesia Bebas Atresia Bilier!.

Nama penulis : Rendi Aji Prihaningtyas

source
https://unair.ac.id

By masSe